Sarang Burung Walet – Eliksir Terkenal dengan Manfaat Mutakhir

Sarang burung walet kerap disebut sebagai konsumsi eksotis dengan berbagai manfaat kesehatan maupun kecantikan. Konsumsi ini sering diasosiasikan dari kultur orang Tionghoa, dengan arsip paling lama pada dinasti Tang (618-907 SM ) (Lau dan Melville, 1994). Bahkan dapat dinyatakan karena kultur tersebut, bukan berlebihan apabila disebut sebagai sebuah eliksir dengan manfaat yang mutakhir. Padahal rasa sarang burung walet sejatinya tidak terlalu cocok untuk lidah biasa. Jurnal artikel Hobbs (2004) menyebutkan bahwa sejatinya pasar konsumsinya bukan karena pengalaman kuliner akan rasanya, namun karena spesifik manfaat kesehatan dan kecantikannya.

Dari kultur Tionghoa sendiri, ada berbagai manfaat berupa pensterilan organ hingga kesehatan kulit. Dalam artikel sebelumnya dinyatakan bahwa zat yang diincar berupa tonik, yang dalam bahasa Mandarin sebagai bu pin. Tonik tersebut terkenal dapat menutrisi dan memperlancar sistem organ yang ada di tubuh, termasuk meningkatan sistem imun hingga mempercepat pemulihan setelah sakit maupun operasi.

Apabila dibandingan dengan dunia barat; makanan eksotis, mewah dan ekslusif adalah caviar (telur ikan), di dunia timur benua Asia ada sarang burung walet. Sarang burung walet sering sekali disebut sebagai caviar dari timur karena harganya yang cukup fantastis (Marcone, 2005). Satu kilogram sarang burung walet mentah dengan kualitas normal dapat dijual seharga 2000-3000 dolar Amerika, atau setara 30 hingga 45 juta rupiah. Satu kilogram produk membutuhkan sekitar 120 sarang, sehingga satu sarang dapat diberi harga sekitar 18-20 dolar Amerika atau sekitar 280 ribu rupiah. Meskipun dengan harga yang sangat tinggi untuk makanan yang harus dikonsumsi secara rutin agar bermanfaat, pasar akan produk konsumsi sarang walet terus meningkat dengan demand yang terus menerus ada, dan salah satu produser terbsesar adalah dari Indonesia.

Tentunya dengan harga yang fantastis, budidaya kultivasi sarang burung walet tentu membutuhkan ilmu dan teknis khusus. Ada beberapa perencanaan bisnis yang harus dilaksanakan untuk berhasil memproduksi kemudian mendapatkan untung dari budidaya sarang burung walet. Penerapan dapat dimulai dari desain serta pembangunan gedung, teknik agar burung walet dapat masuk, serta maintenance agar produksi hingga sarang dapat dijual. Bentuk model bisnis untuk mendapatkan keuntungan juga harus memahami konsumen dan pasar akan produk sarang burung walet yang akan dijual. Namun, meskipun keuntungan dengan margin yang raksasa, demand ini masih tetap tinggi dengan pasar yang makin berkembang.

Salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri sarang burung walet adalah PT. Lentera Alam Nusantara, dengan berbagai branch yang menyediakan berbagai jasa maupun produk. Salah satu jasa yang paling signifikan adalah Seminar Walet serta Pembangunan Gedung Walet. Selain itu terdapat berbagai produk seperti parfum walet, suara burung walet, serta berbagai makanan dan minuman dari sarang burung walet.

Referensi

  • Hobbs, Joseph J. “Problems in the harvest of edible birds’ nests in Sarawak and Sabah, Malaysian Borneo.” Biodiversity & Conservation 13 (2004): 2209-2226.
  • Lau, Amy SM, and David S. Melville. “International trade in swiftlet nests, with special reference to Hong Kong.” (1994).
  • Marcone, Massimo F. “Characterization of the edible bird’s nest the “Caviar of the East”.” Food research international 38, no. 10 (2005): 1125-1134.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDID
Scroll to Top